Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Nabi-Nya, keluarga dan para sahabatnya. Begitu indahnya jika kita giat mengkaji Al Qur’anul Karim. Saat ini kami akan mengulas tafsir surat An Naas yang kami ambil dari Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir rahimahullah. Semoga bermanfaat.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
Artinya,
1. Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. Raja manusia.
3. Sembahan manusia.
4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
6. dari (golongan) jin dan manusia.
Sifat-Sifat Allah
Ayat-ayat ini menerangkan mengenai sifat-sifat Rabb, yaitu: [1] sifat rububiyah (yang dimintai perlindungan karena dialah yang menguasai manusia), [2] sifat mulkiyah (yang Maha Merajai) dan [3] sifat ilahiyah (yang berhak diibadahi). Jadi, Allah-lah yang menjadi Rabb (yang mengatur) segala sesuatu, Dialah yang merajainya dan Dialah ilah (yang berhak diibadahi). Oleh karenanya segala sesuatu itu makhluk yang diatur, dikuasai dan sebagai hamba bagi-Nya.
Meminta Perlindungan dari Was-Was Syaithon
Dari sini, segala sesuatu yang ingin mencari perlindungan diperintahkan untuk meminta perlindungan pada Rabb yang memiliki sifat yang mulia ini. Segala sesuatu tersebut diperintahkan untuk meminta perlindungan dari gangguan syaithon yang biasa memberikan was-was sedang mereka dalam keadaan tersembunyi[1]. Setan yang memberikan was-was inilah setan yang biasa menemani manusia. Karena setiap insan (manusia) tidak bisa lepas dari qorin (setan yang terus menemaninya tadi) lalu membisikkan agar ia melakukan perbuatan keji. Setan akan berusaha melalaikan manusia ketika ia lalai dari Allah. Yang selamat dari gangguannya adalah orang yang mendapatkan perlindungan dari Allah Ta’ala. Sebagaimana terdapat dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ ». قَالُوا وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « وَإِيَّاىَ إِلاَّ أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِى عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلاَ يَأْمُرُنِى إِلاَّ بِخَيْرٍ ».
“Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan dikuasai pendamping dari kalangan jin.” Mereka bertanya, “Apakah engkau juga, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Aku juga termasuk, hanya saja Allah membantuku mengalahkannya lalu ia masuk Islam. Ia hanya memerintahkan kebaikan padaku.” (HR. Muslim no. 2814, dari ‘Abdullah bin Mas’ud)
Begitu juga terdapat hadits shahih dari Anas mengenai kisah Shofiyah yang mengunjungi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan saat itu beliau sedang i’tikaf. Ketika itu beliau keluar bersama Shofiyah karena waktu itu malam hari untuk menemaninya ke rumahnya. Di tengah jalan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditemui oleh dua orang Anshor. Ketika mereka berdua melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka lantas berjalan dengan cepatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,
« عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَىٍّ » . فَقَالاَ سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ ، وَإِنِّى خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِى قُلُوبِكُمَا سُوءًا – أَوْ قَالَ – شَيْئًا »
“Hendaklah kalian pelan-pelan saja jalannya. Ini adalah Shofiyah binti Huyay (istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).” Mereka berdua pun lantas mengatakan, “Subhanallah (Maha Suci Allah), wahai Rasulullah.” Beliau lantas bersabda, “Sesungguhnya syaithon mengalir dalam diri manusia di tempat mengalirnya darah. Aku sungguh khawatir jika kejelekan telah merasuk ke dalam hati-hati kalian.” (HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175, dari Shofiyah binti Huyay)
Setan pun bisa semakin bangga jika seseorang menjelek-jelekkannya. Jika kendaraan mogok, janganlah menjelek-jelekkan syaithan karena syaithan akan semakin besar kepala. Namun ucapkanlah basmalah (bacaan “bismillah”).
Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata, “Aku pernah diboncengi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu tunggangan yang kami naiki tergelincir. Kemudian aku pun mengatakan, “Celakalah syaithan”. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyanggah ucapanku tadi,
لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ
“Janganlah engkau ucapkan ‘celakalah syaithan’, karena jika engkau mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, yang tepat ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.” (HR. Abu Daud no. 4982)[2]
Setan Akan Menggoda Di Saat Manusia Lalai
Yang dimaksud ayat,
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
“Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi.” (Surat An Naas: 4)
Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud “waswasil khonnas” adalah setan akan berdiam di hati manusia. Jika ia lalai, maka setan tersebut akan membuat lalai dan membuat was-was atau kerancuan (setan akan menggambarkan bahwa yang baik itu jelek atau sebaliknya[3]). Namun jika ia mengingat Allah, setan pun akan khonnas (bersembunyi).[4]
Yang Memberikan Was-was dalam Hati: Jin dan Manusia
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (Surat An Naas: 5-6)
Yang selalu memberikan was-was (berbagai kerancuan) dalam hati manusia adalah setan dari kalangan jin dan manusia[5]. Sebagaimana hal ini dapat dilihat dalam ayat lainnya,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Surat Al An’am: 112)[6]
Puji Syukur pada Allah Di Kala Terlepas dari Godaan Syaithon
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُحَدِّثُ نَفْسِي بِالشَّيْءِ لَأَنْ أَخِرَّ مِنْ السَّمَاءِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَتَكَلَّمَ بِهِ
“Seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Ya Rasulullah sesungguhnya terbersit di dalam hatiku sesuatu, sungguh aku terjatuh dari langit lebih aku sukai dari pada aku mengatakannya.” Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ كَيَدَهُ إِلَى الْوَسْوَسَةِ
“ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR ALHAMDULILLAH yang dapat menolak tipu dayanya dari perasaan was-was.” (HR. Abu Daud no. 5112 dan Ahmad 1/235)[7]
Semoga Allah senantiasa memberi kita taufik untuk giat merenungkan ayat-ayat-Nya. Amin Yaa Mujibas Saa-ilin.
Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel https://rumaysho.com
Disusun di Panggang, GK, 20 Rabi’ul Akhir 1431 H
Artikel asli: https://rumaysho.com/951-faedah-surat-an-naas-berlindung-dari-godaan-setan-yang-terkutuk.html